Berawal ketika seorang misterius menelepon penulis, sedikit tidak percaya dan banyak tanya ketika itu. Penulis yang belum tidak pernah mengumbar nomor telepon selular secara sembarangan tiba-tiba mendapat panggilandari seorang misterius dari orang diseberang sana. “Selamat brader lu adalah orang yang beruntung, karena kamu mendapatkan undangan VIP untuk datang ke acara kami, dan lu juga mendapatkan gratis main kesini selama setengah bulan!” kira-kira begitulah kalimat pertama diseberang sana. Apalagi ini? Apalagi itu? Pertanyaan yang membuat kusing bukan kepalang, deiacuhkan begitu saja. yang lebih membingungkan lagi, datang atau tidak ya? Kalau datang tidak tahu dimana letak Kelapa Gading itu disebelah mana, kalau tidak datang bukan masalah besar sebenarnya, hanya sebuah rasa penasaran yang berlebih ketika itu, siapa tahu disana banyak cewek atau wanita muda belia yang sudi tuk melepas nafsu bersama, bukan hal mustahil di kota sekacau ini, ya semoga saja memang begitu adanya.
Menghadiri kuliah pengganti PTI terasa biasa saja ketika dosen yang memang doyan pamer gadget keren nan mahal memulai acara perkuliahan dengan mengeluarkan gadget mutakhir, bercerita kesana kemari dalam satu arah tentunya. Keadaan menjadi sangat mencengangkan ketika penulis bertanya kepada rekannya, “Mau ngapain lu ke Kelapa Gading?”. Dalam beberapa kalimat yang sederhana, penulis menceritakan visi dan misinya untuk melakukan perjalanan tersebut. Sebelum bebrapa kalimat yang sederhana itu selesai beliau ceritakan, rekan dari beliau menyela. Dan menceritakan hal yang sama tentang orang misterius diseberang sana. Setelah melalui perdebatan yang sangat panjang dan melelahkan juga memakan waktu beberapa menit saja. kami putuskan untuk hadir dalam undangan yang misterius dan VIP itu. Karena kami mempunyai anggapan yang sama tentang siapa tahu dan si semoga saja.
Walaupun ketika perbincangan itu kami tidak membicarakan tentang makanan, akan tetapi kami tetap lapar, karena lapar itu sangat manusiawi dantidak dapat dihindari. Setelah acara perkuliahan selesai dengan sendirinya, penulis beserta rekan-rekannya berencana untuk mengkonsumsi makanan yang berbentuk seperti bola dimana bola itu dibuat dari paduan antara daging dan tepung yang selanjutnya untuk mempersingkat waktu disebut bakso. Pada waktu itu penulis dan rekannya hanya memesan bakso, akan tetapi penjualnya menghidangkannya dengan mangkuk yang didalamnya ada air yang sudah dicampur dengan kaldu sehingga warna airnya menjadi tidak jernih dan mempunyai rasa yang bukan seperti air pada umumnya, mungkin karena sudah dicampur dengan kaldu sehingga rasanya tidak hambar seperti air mineral rekan penulis menyebut air ini dengan sapaan “kuah”. Isi mangkuk tidak hanya bakso dan kuah masih ada lagi yang lainnya, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, jadi akan disebutkan semuanya diantaranya ada beberapa yang banyak helai mie berwarna kuning dan putih. Tambahkan sedikit kecap, saus dan sambal untuk mendapatkan rasa yang lebih sesuai selera. Setelah makanan itu habis, teringat ketika saya penulis memesan makanan itu, beliau berkata “bakso biasa bang!”, mungkin akan berbeda ceritanya apabila beliau hanya berkata “bakso!”.
Selesai melakukan kegiatan makan, penulis kembali dalam kediaman sementaaranya yang memang bisa dikatakan sangat sempit karena itulah faktanya. Mencoba mencari tahu tentang bagaimana caranya bisa mencapai Kelapa Dua dengan baik dan benar. Bermacam macam kata kunci telah dicoba hingga akhirnya tak ada hasilnya sama sekali. Tapi itulah yang namanya membuang waktu dengan tidak percuma. Sebelum jarum jam menunjukkan pukul tujuh, saya tak sabar untuk melakukan hal yang mungkin akan menyenangkan ini.
to be continued artinya bersambung ...
2 komentar:
entah mengapa,saya begitu menyukai konoasi-konotasi yang anda buat..
mungkin ada yang salah dengan otak saya, sehingga saya tidak sadar, tertawa dengan begitu lepasnya,,
penulis,,,
anda luar biasa,,,
semoga saya salah meniai anda,,hahaha
terima kasih,, sejauh ini Anda adalah orang yang berkomentar panjang..
Posting Komentar