Makan adalah hal yang sangat menyenangkan, karena ketika proses makan, energi kita kembali terisi dan lidah kita dimanjakan oleh berbagai santapan yang sekiranya menggungah selera. Adalah sebuah pernyataan konyol jika seseorang menganggap makan itu menakutkan bahkan sangat merepotkan. Bukan pendapat yang salah sebenarnya karena pada kesempatan ini, penulis akan meluruskan tentang kegiatan tersebut.
Hidup di zaman krisis seperti ini, mendapatkan sesuap nasi memang sangat susah. Apalagi untuk memanjakan lidah, sungguh hal yang sangat sulit dilakukan di zaman ini, ketika harga beras melonjak tinggi, sesuap nasi menjadi sesuatu yang sangat sulit. Bahkan untuk mendapat sesuap nasi mereka menghalalkan segala cara. Jika menurut disiplin ilmu ekonomi, beras dapat ditukar dengan beberapa lembar kertas usang yang selalu berpindah tangan. Akan tetapi untuk mendapatkan kertas usang yang bernilai mahal itu butuh perjuangan yang bahkan tak terjangkau oleh nominal yang diharapkan.
Untuk mendapatkan sesuap nasi memang susah, karena ketika kita dihadapkan dengan hal itu pasti kita akan merasa tak cukup dengan sesuap nasi, dan pada akhirnya akan berakhir dengan bersuap-suap nasi. Ya, begitulah manusia, selalu merasa tak cukup dengan hal yang sudah diberikan.
cara untuk mendapatkan temperatur yang bersahabat |
Pernahkah terbesit dihati, ketika kegiatan mengisi perut atau biasa disebut dengan makan, menjadi sangat menakutkan? Dan hal tersebut disebabkan bukan karena masalah finansial, atau bahkan racun yang terkandung dalam makanan. Dan perlu kalian ketahui, bahwa hal tersebut benar-benar terjadi di kehidupan modern ini. Percaya atau tidak, makan menjadi hal yang sangat merepotkan dan bahkan sangat beresiko tinggi.
Hal itu terjadi ketika seseorang perjaka yang ketika itu berada di sebuah ruangan dengan temperatur yang kurang bersahabat, menghalalkan segala cara untuk merasakan kesejukan diantara ruangan dengan temperatur yang kurang bersahabat, bahkan pemuda itu rela menunjukkan auratnya kepada tembok yang bisu dan beberapa perangkat elektronik dan non elektronik di ruangan tersebut, jika berbagai benda yang tak bisa disebutkan satu per satu tersebut mempunyai nyawa, atau bahkan mempunyai hawa nafsu, sudah pasti iman mereka goyah karena tubuh atletis pemuda itu. Namun karena bukan mahkluk hidup, sudah dapat dipastikan kiprah mereka hanyalah sebagai saksi bisu ketelanjangan si pemuda.
Langkah pertama yang harus dilakukan pemuda itu adalah memakai baju seperti orang pada umumnya, jika hal ini tidak dilakukan maka akan menimbulkan beberapa bahkan lebih dari beberapa fitnah orang-orang sekitar yang juga mahkluk hidup dengan nyawa dan mempunyai hati nurani. Tak begitu sulit sebenarnya untuk memakai baju, akan tetapi bisa menjadi sangat sulit ketika si pemuda itu bukanlah seorang pemuda yang wajar sebagai pemuda, misalnya pemuda itu masih berumur dibawah lima tahun atau mungkin hal lain yang kurang pantas disebutkan sehingga tidak akan pernah disebutkan disini seperti misalnya pemuda itu mempunyai kelainan yang tidak lain adalah lain sebagainya. Jika hal tersebut sudah dilakukan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Maka setelah ini akan tidak timbul fitnah-fitnah dari orang-orang sekitar.
Membuka kunci pintu, lalu membuka pintu dan diteruskan dengan menutup pintu itu kembali dan juga mengunci pintu yang telah disebutkan sebelumnya itu lagi. Memastikan bahwa ruangan tersebut sudah benar-benar aman dan benar-benar tidak mengundang kejadian kriminal jika ruangan tersebut ditinggalkan, merupakan tanggung jawab yang besar untuk memastikan bahwa ruangan tersebut memang sudah benar-benar aman atau tidak. “Kejahatan itu terjadi bukan karena ada niat dari pelakunya, tapi karena kesempatan, waspadalah waspadalah!” (Bang Napi). Kutipan tersebut memang benar dan patut untuk diteladani, dikutip dari sebuah berita kriminal dari sebuah stasiun televisi swasta ternama di Indonesia. Jadi jangan beri kesempatan untuk pelaku kriminal berbuat kriminal.
Setelah sudah dapat dipastikan aman, maka tiba waktunya untuk meninggalkan ruangan itu. Ingatlah setiap centimeter dari jalan yang kita lalui mempunyai resiko-resiko yang tak terduga, karena biasanya bencana itu terjadi tanpa sepengetahuan kita dan tanpa rencana kita. Kita tak tahu apa yang akan terjadi ketika itu. Bahkan tidak menutup kemungkinan hanya gara-gara lantai yang sedikit basah, kita bisa mengalami kematian.
Jika mungkin berada bukan di lantai dasar, perhitungan secara matematis sangatlah diperlukan, untuk menuruni anak tangga yang jumlahnya tak sedikit, karena apabila perhitungan kita meleset sepersekian mili saja bisa sangat fatal, karena sebuah kecelakaan biasanya terjadi tanpa toleransi. Akan tetapi hal ini bisa diatasi dengan membiasakan diri melintasi tangga tersebut, mungkin membutuhkan latihan berhari-hari supaya kita bisa paham dan mengerti celah-celah aman dari tangga tersebut.
Setelah melalui berbagi tahap yang penuh dengan bahaya tersebut, pemuda itu masih harus berjalan lagi, dan lebih parahnya lagi banyak resiko-resiko yang tak terduga lagi, misalnya ketika pemuda itu berada di persimpangan yang membingungkan, pemuda itu harus menggunakan nalurinya untuk mencapai sebuah tempat makan yang ditujunya. Jika pemuda itu salah langkah, maka dapat dipastikan dia akan salah arah, dan tidak akan pernah menemukan tujuan perjalanannya. Dan yang lebih parahnya lagi, pemuda itu bisa kehilangan masa depannya. Sangat manusiawi jiak pemuda itu berpikir makan adalah hal yang sangat beresiko bahkan menakutkan.
Dikota yang penuh sesak ini, pejalan kaki sudah tidak diberikan ruang lagi untuk berjalan dengan nyaman dan aman. Para pengendara motor atau bahkan para penikmat barang mewah itu telah memadati jalan raya, yang paling tragis adalah ketika pengendara motor mengambil jalan milik pejalan kaki atau akrab dengan sapaan trotoar. Tidak hanya itu, emosi mereka yang meluap-luap membuat mereka semakin ganas di jalan raya. Kata-kata bajak laut terkumandang kesana kemari akibat emosi mereka yang tidak bisa diredam. Bahkan untuk menyeberang jalan saja bisa dihujani maki-makian para pengguna jalan yang konon menghargai waktu itu.
Itulah kronologis yang harus dilakukan pemuda itu untuk mendapatkan sepiring makanan, akan tetapi karena sudah terbiasa dan sering melakukan latihan, maka kegiatan makan yang sangat beresiko tinggi itu dapat dilalui dengan wajar dan normal. Tanpa ada kecelakaan dan kerugian. Sedikit merepotkan memang, tapi itulah fakta di kehidupan sekarang ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar