Minggu, 31 Oktober 2010

sejarah cinta dan HIV/AIDS

Ya, adalah kata yang sangat populer saat ini di benak beliau. Kenapa? Karena akhir-akhir ini beliau sering menggunakan kata tersebut untuk menjawab segala jenis pertanyaan. Oleh karena itu, kata ini menjadi sangat populer saat ini. Tidak banyak orang yang menirunya, karena itu adalah sebuah kata yang benar-benar ajaib. Dengan kata yang sangat sederhana ini, dapat menyembuhkan penyakit apapun yang ada didunia, termasuk penyakit yang sangat berbahaya sekalipun seperti HIV/AIDS  bahkan kanker sekalipun. Caranya pun sangat sederhana, jika anda berpikir ini adalah sebuah metode prnyembuhan yang mutakhir, maka Anda adalah orang terbodoh yang pernah hidup didunia. Karena metode ini sudah turun temurun dari dulu ketika homo megantrhopus palaleo javanicus masih berkembang biak, metode ini sudah dipakai dengan baik dan benar, akan tetapi karena ketika itu terjadi sebuah bencana yang besar yang melanda saraf ingatan mereka, maka mereka lupa dengan kata ini. Kemudian seorang Raja dari sebuah Negara yang hanya fiktif belaka menghapus kepercayaan kuno yang sangat konyol itu, hingga pada saat waktu yang tidak diketahui muncul lagi kosakata tersebut.
Ketika remaja, adalah masa paling indah yang pernah ada jika dibanding dengan masa dimana manusia hanya bisa berburu dan meramu. Masa remaja menjadi sangat indah ketika pembandingnya adalah masa berburu dan meramu, menjadi sangat tidak indah jika dibandingkan dengan sesuatu yang tidak dapat disebutkan disini, karena sebuah kesalahan yang tidak dapat ditanggulangi. Masa remaja tidak sama dengan masa depan, karena keduanya saling tidak berhubungan baik, mereka jarang berkomunikasi, mereka tidak pernah saling menyapa. Lalu mereka bertengkar dan akhirnya sekarang sudah baikkan dan menjalani hidup bersama dengan bahagia selamanya.
Pada saat berusia belasan, penulis pernah bermimpi basah, hal itu menunjukkan bahwa beliau sudah menjadi dewasa. Dan ketika mimpi basah, celananya menjadi basah. Tertarik pada lawan jenis adalah hal yang wajar ketika menginjak masa remaja. Lawan jenis bisa berupa teman serumah, teman setidak rumah, teman sekelas, teman setidak kelas, dan masih banyak teman-teman lainnya yang juga masih berteman dengan teman yang telah disebutkan sebelumnya. Semua berteman sangat baik ketika itu hingga ketika zaman kolonial Belanda mempraktikkan politik devide et impera, mereka yang dahulunya berteman menjadi bermusuhan.
Berbicara sejarah memang menyenangkan, akan tetapi masih ada yang tak kalah menyenangkan dari membicarakan sejarah. Yaitu berbicara tentang cinta. Mungkin denganmembicarakan cinta selama satu pekan masih tidak cukup untuk mencakup semua aspek. Mungkin jika kalian sudah berbicara mengenai cinta, akan mengalahkan film legendaris yang dibintangi oleh Roscoe  Arbuckle pada tahun 1919 itu. Hanya saja kalian hanya mampu untuk berbicara, dan tidak mampu untuk membuat filmnya. Mungkin akan sangat menarik apabila kalian tidak menceritakannya, karena cinta itu hanyalah sebuah kosakata yang sampai sekarang masih belum terdefinisikan dengan benar, dan apabila ada definisinya, pasti belum disetujui secara internasional. Jadi jangan berbicara, cukup membaca saja. dan terima apa adanya!

Minggu, 24 Oktober 2010

Keberuntungan TONO bagian 2


Mencuat pertanyaan, kenapa artikel ini tidak dijadikan satu dengan “Keberuntungan Tono”? Sebuah pertanyaan yang cerdas, akan tetapi apabila Anda mempunyai pertanyaan seperti itu, Anda harus bersiap dengan dengan jawaban penulis yang lebih cerdas tentunya. Seorang manusia biasa pasti akan menjumpai dan merasakan keadaan lelah, ketika itu penulis sedang menjadi manusia biasa yang bukan manusia super, karena manusia super hanya ada dalam cerita dan hasil dari rekayasa manusia biasa, jadi bisa disimpulkan bahwa manusia super ada karena keberadaan manusia biasa yang mensuper-superkan manusia, dan sebagai penulis yang juga seorang manusia biasa wajar jika lelah dan ingin istirahat. Silahkan bagaimana Anda menanggaapinya. Semoga saja puas. Ketika kita hidup, sangat menutup kemunginan jika kita tak pernah mendapat cobaan, karena cobaan adalah sebuah ujian katanya, ketika kami sukses mengguncang panggung, kami berempat memutuskan untuk mengambil mapel musik ketika itu, padahal tak seorangpun dari kami mampu mendefinisikan kata musik, karena di instansi yang bergelut di bidang pendidikan yang ketika itu kami jalani, harus memilih salah satu pelajaran seni, antara seni rupa dan musik, tanpa pikir panjang langsung saja ambil keputusan. Sudah muncul berbagai konsep yang terbesit dihati kami, dan kami berpikir kami akan kosong untuk mapel seni musik selama satu tahun. Sangat senang bukan kepalang bahkan gembira ria saat itu, namun keceriaan sirna ketika seorang yang biasa disebut Bapak Guru (disebut Bapak Guru karena berjenis kelamin lelaki, jika berjenis kelamin Perempuan disebut Ibu Guru) berkata saya kurang suka dengan konsep yang kalian buat, tetap semangat dan tidak putus asa, walaupun sedikit terpaksa. Menyimak lagu secara acak kami lakukan setelah itu, bukan menuai hasil malah berbuah pahit, kami semakin salah arah. Meniru cara bernyanyi Ian Curtis yang sulit ditebak, tidak berhasil untuk menutupi vokalis kami yang memang tidak bisa bernyanyi. Mencoba menjadi seorang Tom Delonge juga kurang berhasil karena memang kami mempunyai kemampuan yang melebihi normal sehingga tidak normal. Sang Basswan yang memang mahir merangkai kata, iseng membuat coretan dengan pena yang hampir habis masanya, ketika telah tercipta beberapa bait mengeluh tiba-tiba seketika itu kami terkejut karena sepersekian detik sebelum mengeluh, si pena enggan mengeluarkan tinta. Hidup penuh tekanan berasa ingin kehilangan nyawa seketika itu, hingga akhirnya malaikat datang membawa pencerahan berupa pensil murah yang belum runcing dan dibutuhkan orang yang mahir dibidang meruncing pensil agar pensil tersebut mampu dipakai sebagaimana mestinya. Dengan bantuan sebuah benda tajam, kami mampu meredam emosi Sang Basswan, dan dia pun meneruskan kegiatan isengnya dengan si pensil itu. Seseorang dari kami yang bertugas memukul tetabuhan yang disebut drum membantu Sang Basswan dengan menutup matanya dan menerbangkan pikirannya ke alam mimpi. Sedangkan Sang Pemetik dawai damai membantu dengan menggerak-gerakkan jari-jemarinya pada sebuah benda yang mempunyai tabung resonansi dilengkapi beberapa dawai dengan berbagai ukuran yang berbeda, orang awam biasa menyebutnya dengan sapaan gitar. Dan saya sendiri membantunya dengan bernyanyi yang sebenarnya kurang pantas apabila disebut bernyanyi mungkin bisa disebut menggetarkan pita suara hingga muncul beberapa tangga nada yang kacau. Ketika dia sudah mantap dengan kosakata yang dia rangkai, akhirnya saya harus menyalin tulisannya yang memang sedikit tidak bagus karena kami menyebutnya sangat menyiksa mata. Setelah semua rangkaian kata berhasil disalin dengan perjuangan yang sangat panjang tentunya, kami mencari cara untuk menyanyikannya. Hari berikutnya kami sangat berbangga hati, karena lirik lagu kami yang terbaik diantara yang lainnya. Tidak hanya berbangga hati, akan tetapi juga sakit hati, karena konsep kami yang kedua juga tidak diterima. Ketika stres melanda, tukang jamu saya datangi. Alhasil stres pun hilang karena saya memesan jamu anti stres dicampur madu, anggur, dan kuning telur. Benar-benar ramuan mujarab, seketika itu stres yang melanda sirna.
Sedikit bosan dengan pendapat si Guru, akhirnya idealisme kami hampir runtuh, akan tetapi tidak secepat itu. Kami menggabungkan dua jenis musik yang bertolak belakang. Dan akhirnya diterima oleh si Guru yang sangat merepotkan kami itu. Setelah konsep tersusun jelas dan rapi, maka kami diberi kesempatan untuk mengabadikannya. Ketika itu hati kita berbunga-bunga dan otak kami berbintang-bintang. Sebuah pertanyaan dari pihak rekaman sangat tajam menusuk pokok permasalahan, dan kami tak mampu menjawabnya ketika pihak rekaman bertanya “temponya berapa, rimanya berapa?”, kami hanya berbingung bersama saat itu. Dan akhirnya si mas dari pihak rekaman memecahkan kebingungan kita, dia menyuruh kami untuk menyanyikan beberapa bait, dan akhirnya terjawablah pertanyaan si mas tadi. Ternyata tak semudah yang kami bayangkan, hampir sepekan kami lewati hanya untuk mengabadikan hasil karya kami. Memakan waktu, biaya, dan tenaga. Kisah yang panjang itu berbuah hasil yang kurang gemilang karena si mas berbeda selera dengan kami. Kami hanya pasrah dengan keadaan, karena saya tak bisa berbuat apa-apa. Dengan masalah yang sedemikian itu, kami bertekad ketika live performance harus lebih baik. Karena si mas pihak rekaman ternyata tidak terlalu mahir dibidangnya dan karya kami adalah korbannya, asu! Setelah kami selesai mixing, kami berkeinginan untuk mendengarkan karya dari kelompok lain, ternyata mereka banyak menjiplak dari band-band melayu ternama, bahkan ada yang seperti jingle sebuah iklan minuman suplemen, asu lagi! Kami benar-benar kecewa saat itu, kalau tau begitu saya tinggal menyanyikan tembang favorit saya, pasti tidak ada yang mengetahui. Bisa merekam berpuluh-puluh lagu jika keadaan seperti itu dibenarkan, lagi-lagi asu! Tak perlu disesali karena sebuah hal yang benar itu pasti akan menuai kebenaran kelak. Sekitar dua pekan lagi kesempatan balas dendam, dan membuktikan bahwa kami lebih hebat. Sedikit berdoa, minim harapan, kurang kemampuan, kita libas saja dengan latihan dua kali sebelum hari yang dimana harus live perform disebuah studio yang murah. Ketika hari pembalasan kita akan dihukum sesuai dengan apa yang pernah kita lakukan didunia, dan hal itu tidak ada hubungannya dengan live perform kami. Ada sebuah kelompok yang menjiplak habis sebuah band powerpop, mereka sok asik, dengan memakai pakaian KW brand mahal yang mereka banggakan, dan meminjam synth milik tetangga mereka, dengan berbagai perlengkapan wireless yang mutakhir mereka berlonjak dan meminta yang hadir ikut bersatu dengan aksi mereka. Sebenarnya kasian juga dengan mereka yang kurang disambut hangat oleh para hadirin.
Dan akhirnya pahlawan datang membawa kemeriahan, memecah kesunyian. Dengan memakai additional baru disambut panas oleh hadirwan dan hadirwati. Senang sekali rasanya, saya yakin mereka tak sabar menyaksikan penyanyi terbaik yang buta nada menggetarkan pita suaranya yang diluar kendali, dan menyaksikan aksi panggung seorang pemain bass terbaik yang hanya bisa bermain akord dasar saja, lalu menyimak hentakan pemain tetabuhan yang bersahaja berbalut nada sumbang dari sang pemetik gitar yang pandai dalam ilmu hitung. Sapaan selamat siang disambut dengan tepuk tangan yang hampir memecah beberapa buah kaca tempat penyimpanan buku. Memberi sebuah wacana tentang cara menikmati akhir pekan, mencela mereka yang tidak merespon, berterima kasih kepada panitia, berbincang bincang ketika persiapan, kami lakukan untuk mendapatkan mau mereka. Setelah semua siap, kami mulai dengan jantan, sebuah prolog yang semoga nyambung dengan isi lagu ketika intro, petikan-petikan akord dasar yang memukau, dentuman tetabuhan yang menghentikan detak jantung, dan buaian suara bass yang menggugah jiwa bercampur bersama ketika itu. Ditengah lagu kami menuangkan sesuatu yang belum pernah mereka dengar, ketukan bertambah cepat mereka semakin bertenaga menghentakkan kakinya. Setelah mereka lelah kami kacaukan konsentrasi mereka dengan sebuah interlude yang sederhana, kembali terulang karena lirik yang sangat bersahaja, mereka mulai ikut bernyanyi ketika bait-bait terakhir. Dan sang vokal menutup dengan sedikit kata bijaksana yang disambut oleh permainan drum yang sesuai selera. Ya kami bermain dengan hati bukan dengan skill, sejak saat itu bukan hanya TONO, akan tetapi TONO SOULSYSTEM. Kami akhiri dengan bijaksana, mereka senang dan begitu juga kami. Mencoba mempublikasikan karya yang telah diabadikan, dengan membagikannya di sebuah situs unduh unggah ternama, membuat berbagai akun yang berhubungan dengan publikasi, alhasil selama satu bulan pengunduh lebih dari seratus orang, sungguh prestasi yang mencengangkan, untuk seorang amatir. Dan semoga yang malas mengunduh, menyalin punya teman dan menggunakan alternatif lainnya, supaya kami menjadi semakin dikenal tetapi bukan terkenal, hanya dikenal masyarakat saja sudah senang. Dan akhirnya sampai jumpa minggu depan.
dan inilah yang terjadi jika belum mempunyai fotografer pribadi


keanehan tetangga baru


Disini banyak kosakata yang aneh dan tidak dapat saya pahami, jika mungkin mereka merangkai kata-kata mereka dalam sebuah kalimat, sama saja tak dapat didefinisikan dengan jelas dan benar. Sedikit heran juga, kenapa mereka memakai bahasa yang aneh itu? Kenapa mereka tak menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan yang ada di KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) karangan Arif Hakim? Bukankah jika mereka menciptakan istilah-istilah aneh, akan semakin merepotkan mereka dalam menghafalnya? Ya itulah, jika kita ingin tahu-menahu tantang kegiatan orang lain maka kita harus belajar budaya mereka terlebih dahulu, yang paling penting adalah, mengamati mereka berkomunikasi, dan mempraktekkan cara mereka berkomunikasi. Kebingungan yang berlebihan membuat saya menulis tanpa arah dan tujuan, sebuah modem murah yang membawa sial, itu alasannya. Karena saya mendownload beberapa file, jika saya tambah browsing, bisa semakin lama. Akhirnya iseng aja lah saya nulis, daripada emosi dengan perangkat yang sangat berfungsi ini, sebenarnya membuat sebuah karangan itu sangat sederhana caranya, apabila kita tau bagaimana caranya. Tapi karena tidak tahu caranya maka menjadi sangat tidak sederhana. Perlu diketahui, karangan adalah beberapa yang banyak huruf disusun secara acak, baik disengaja maupun tidak sengaja dan akhirnya menjadi sebuah kata, setelah menjadi sebuah kata kita perlu menggabungkan beberapa kata menjadi sebuah frase, ketika frase terbentuk kalimat belum lahir, karena kalimat harus mempunyai huruf kapital di awal dan diakiri tanda titik, apabila sudah terjadi yang seperti layaknya kita bayangkan saja karangan adalah sebuah masakan, karangan adalah makanan yang bisa dimakan, yang dimakan dengan cara dibaca. Sebuah masakan yang enak, pasti mengandung bumbu yang bagus. Jadi karangan menjadi enak dibaca jikalau bagus, jikalau tidak enak maka tidak bagus. Dari beberapa huruf yang akhirnya menjadi kata lalu kata digabungkan menjadi frase setelah punya titik dan huruf kapital menjadi kalimat yang nantinya membentuk paragraf didalam karangan. Memang butuh waktu untuk membuat sebuah karangan, apalagi karangan yang bagus. Hari ini sungguh melelahkan, kemarin ada seorang tetangga yang hidup disebelah kamar kos saya, masuk dan menghampiri lalu kita berbincang-bincang dengan obrolan yang sangat membosankan. Ingin saya mengusirnya, tapi apa daya lah saya segan mengatakannya. Ketika jarum jam bebrbentuk siku siku di sembilan puluh derajat pertama, sempatkan waktu untuk memanjakan badan dengan membasuhnya dengan beberapa galon air. Selepasnya itu berangkat menuntut ilmu, beruntung sekali waktu itu dia dengan sendirinya keluar dari kamar saya yang akan segera saya tinggalkan. Lalu setelah itu saya melakukan kegiaten perkuliahan seperti biasa dan tidak istimewa, setelah yang lalu baru saja itu, habis masa belajar dan saya dengan teman saya mengajak saya untuk bertemu dengan temannya teman saya yang juga teman saya juga dan bukan teman kalian. Lalu setelah hal itu kami lakui bersama, kami berharap mendapatinya. Dan akhirnya kami makan karena sudah menjadi lapar, ditengah acara permakanan hujan deras yang menderu-deru dan sangat bahaya membuat kami berdiam lama di tempat kami melalui kegiatan permakanan. Sesampainya hujan sudah tidak berbahaya dan menjadi bersahabat, kami pulang ke tempat kos masing-masing. Lalu sampai di kos biasa saja apabila beberapa jam yang lalu itu saya tidak dihampiri oleh tetangga yang tinggal disebelah kamar kos saya. Jadi ada kejadian luar biasa yang saya sedikit tidak suka yang hampir menjadi banyak. Setelah tenggelam dalam obrolan yang sangat menjemukan, dia bertanya “punya bokep ga?” Ya ampun hari gini bokep udah ga zaman kan? Kesal juga ketika itu, padahal sudah bertahun lewat silam saya mengkonsumsi video yang tidak baik itu, dia melontarkan kalimat-kalimat yang memojokkan saya, supaya saya mau untuk mencarikan video yang tidak-tidak itu di dunia maya. Dan ketika saya pulang dari kegiatan belajar, ternyata dia menunggu dan menginginkan video itu untuk fantasi yang tidak-tidak. Pura-pura menyibukkan diri, dan akhirnya dia belum bosan dan belum berakhir sampai disitu saja. Dia menonton acara televisi dikamar saya dan menunggu saya sampai saya tidak sibuk. Berakhir sampai ada seseorang dari teman saya mengajak keluar, akan tetapi dia tak kunjung keluar. Dan setelah beberapa detik yang terasa lama, akhirnya dia keluar dan saya sangat senang bisa terbebas dari mereka. Ketika saya pulang dini hari, saya kembali sibuk dengan layar flat empat belas inchi saya. Dan sampai pagi hari saya masih bersibuk dengan urusan saya. Hari mulai terang sekitar jam seratus delapan puluh derajat, pintu kamar saya diketok-ketok bahkan digedor-gedor dengan sangat kerasnya hingga telinga saya tersiksa, seketika itu saya pura-pura tidur dan akhirnya tidur. Sejak saat itu saya berniat untuk berpindah kos.
Sungguh sangat malang nasib saya ketika itu, tapi saya lalui dengan sendiri dan dengan sangat tidak putus asa dan semoga cepat berakhir. Lucunya mereka tak sadar kalau mereka sedang saya bicarakan. :))

Sabtu, 23 Oktober 2010

bukan saya itu..

Sepercik biografi yang sebenarnya otobiografi salah satu personil TONO SOULSYSTEM. Yang sangat perlu untuk kalian ketahui, semua kalimat tanpa saya rekayasa dan mutlak karya yang kita baca saja, dan dimungkinkan hal itu dia buat sebelum bergabung dengan TONO SOULSYSTEM.

Sedikit biografi kir marley and the kejawen

Pria asal kota temanggung Jawa Tengah, terlahir dengan nama Bagus Kretarta Teja Aji Utama. Memulai karier bermusiknya sejak tahun 1999 dengan band margasari tropical. Biasa manggung dari kafe ke kafe atau acara pentas musik yang ada di Jakarta. Setelah bergabung dan membentuk banyak band reggae seperti tono band, Dongkelan Rastaman Band,supri/superior; hingga akhirnya pada tahun 2000 membentuk band yang cukup terkenal sebagai pengusung aliran musik reggae di Indonesia pada masa itu yaitu kir marley Rastafara.

Bersama Rastafara sempat merilis album reggae pada tahun 2005 dan Sick and Love pada tahun 2006.Hampir semua lagu-lagu di album tersebut diciptakan sendiri oleh Kretarta,lirik lagunya kebanyakan bercerita tentang tema sosial, kemanusiaan, cinta dan tema kehidupan masyarakat sehari-hari. Salah satu lagunya yang cukup populer pada masa itu adalah 'Thanks For Your Love' dan menjadi populer dikarenakannya lagu tersebut.

Perbedaan Rastafara pada saat itu dengan band reggae lainnya adalah karena mereka berhasil memasukan dan memadukan unsur-unsur musik tradisional dengan gaya khas Indonesia kedalam musiknya sehingga terbentuklah musik reggae ala Indonesia yang bisa terlepas dari bayang-bayang musik reggae dunia seperti Bob Marley, UB40 atau Jimmy Cliff. Penggunaan alat-alat musik tradisional seperti Kendang sunda atau Gamelan jawa juga ikut menambah warna musik Indonesia didalam lagu-lagu Rastafara. Dan pada aransemen musiknya sepintas juga terlihat unsur-unsur musik melayu atau bahkan musik khas daerah sumatera utara dan sumatera barat.

Pada tahun 2001 kir marley Rastafara memutuskan untuk vakum dalam bermusik, hingga akhirnya kir marley memutuskan untuk membentuk band baru dengan tetap membawa nama kir marley. Maka pada tahun 2005 terbentuklah kir marley and the kejawen, dengan format band additional player. Tetapi kemudian kir marley memutuskan untuk bersolo karier dengan tetap membawa nama bandnya kir marley and the kejawen, yang berhasil merilis album pada tahun 2006 yaitu burnin with rasta. Pada album ke tiganya ini lah kir marley mulai menapaki puncak kariernya dalam musik reggae di Indonesia, karena album inilah seorang Professor di bidang musik dari Canada memberikannya referensi untuk mengirimkan demo untuk ikut dalam ajang Bob Marley Festival di Amerika. Pihak penyelenggara Festival tersebut menyukai lagu-lagu yang ada di album tersebut dan kemudian mengundang kir marley untuk tampil diacara tersebut pada tahun 2002, tapi sayang sekali kir marley beserta rombongannya tidak mendapat izin visa dari Kedutaan Amerika dikarenakan alasan keamanan terkait dengan Tragedi WTC 11 September di Amerika yang terjadi berdekatan dengan rencana keberangkatan kir marley ke Amerika.

Pada tahun 2007 albumnya yang ke empat berjudul best of da best di rilis, lagu pada album tersebut merupakan kumpulan dari beberapa lagu dari album-album sebelumnya dan juga beberapa lagu yang belum sempat dirilis. Kemudian pada tahun 2008 kir marley kembali merilis albumnya yang terbaru bertitel Remember Me dengan membawa misi dan visi yang ingin disampaikan tentang perdamaian, dalam album ini KIr Marley mencoba menggabungkan musik reggae dengan unsur musik orchestra tetapi tidak lupa memasukan unsur tradisional bahkan pada album ini terdapat juga lagu-lagu dengan lirik bahasa sunda dan jawa yang semakin menambah kental unsur tradisional Indonesia dalam musik reggae.

Prestasi terbaru yang diraih oleh kir marley di penghujung tahun 2005 adalah masuknya salah satu lagu dari album ketiganya Burnin With My Rasta yaitu Jah Blessed ke dalam Album kompilasi musik dunia Putumayo World Music dengan titel Reggae Playground yang rencananya akan dirilis secara Internasional pada bulan Februari 2006. Sebagai satu-satunya wakil dari benua Asia hal ini juga tidak saja mengharumkan nama Kir Marley sendiri tetapi juga nama Indonesia di mata dunia dan khususnya Musik Reggae ala Indonesia juga dapat lebih dikenal secara Internasional.

KIR MARLEY RASTAFARA OTOBIOGRAFI
Nama :Bagus Kretarta Teja Aji Utama
Nama panggilan :Kretarta
Nama musisi : Kir Marley Rastafara
Tempat/Tgl Lahir : Temanggung / 22 Agustus 1991

http://www.facebook.com/profile.php?id=1749769268



tetap rendah hati dan tidak sombong walaupun sudah mempunyai penggemar yang dari dalam dan luar negara.







beberapa foto faforitnya, dari yang paling bahaya sampai yang ekstrim

Kamis, 21 Oktober 2010

Keberuntungan TONO


Dihadapkan pada sebuah masalah yang cukup serius ketika itu, sedikit bingung juga saat itu. Hingga sebuah jalan keluar yang sebenarnya bukan sebuah solusi. Karena jalan keluar yang dipakai menimbulkan masalah baru, hanya saja lebih kecil tingkat kesulitannya. Ketika itu sebuah kelas harus mempunyai sebuah band (kami lebih senang menyebutnya kelompok bermain musik). Didalam kelas minoritas yang mempunyai anggota sedikit, kami mencobanya. Dengan kemampuan yang benar benar minim, latihan pertama mencoba menyatukan jiwa. Segala genre kami coba dengan skill yang sangat minim. Hingga akhirnya kami merasa bersatu dengan sebuah lagu yang berasal jamaika. Kami menyanyikan sebuah lagu berjudul “Could You be Loved milik seorang legenda bernama Bob Marley. Ketika sudah merasa menjadi satu kami mencari lagu lokal yang mempunyai genre yang sama. Sebuah tembang dari Imanez menjadi keputusan yang sangat bijaksana saat itu, “Anak Pantai” kami mainkan secara dalam dan mempesona ketika latihan di sebuah studio murah. Langsung saja kami membuat keputusan untuk menyanyikan dua tembang itu diatas panggung kelak. Sebuah keputusan yang sangat cerdas, karena beberapa lagu yang lainnya kami tak mampu menjadi jadi satu. Walaupun saya belum hafal liriknya tapi tetap kita mainkan. Walaupun kami tidak didukung teman sekelas kami, tapi hal ini kami lakukan demi reputasi kelas, karena kami mempunyai moto minoritas berkualitas. Ketika latihan yang ke sekian, kami mencoba bermain di studio yang agak mahal, alhasil disana kami ditanya “apa nama band kalian?” bingung dan tak tau apa-apa, sepersekian detik itu pula, muncul nama “TONO” di pikiran salah satu dari kami lalu tertulis dalam sebuah tabel di kolom tiga tepatnya nama “TONO”. Ketika kami bertanya kenapa “TONO”? teman kami menjawab, karena “TONO” adalah orang paling terkenal nomor dua setelah “Budi”, jika kalian memperhatikan ketika SD pasti juga akan merasakan hal yang sama, Budi dan Tono sama-sama bersaing untuk menjadi orang paling terkenal se-Indonesia dengan kiprahnya di sebuah buku berjudul “Pintar Berbahasa Indonesia”. Akhirnya hari yang tidak dinanti datang juga, ketika kelas kami dipanggil oleh panitia, kami sudah tak sabar untuk mengakhirinya. Ketika menginjakkan kaki ke atas panggung saja sudah salah, saya menjadi sangat grogi, ketika itu kaki kami yang pertama kali menginjak panggung adalah kaki kiri, seharusnya kaki kanan. Setelah mendapat sebuah mikropon, saya mengucapkan beberapa patah kata yang berdampak negatif, para penonton menjadi tidak tertib dan saling bersenggol-senggol didepan panggung yang belum kami kuasai, lalu salah satu dari kami berkata siap, rima seganas pantai menaklukan mereka, mereka gembira dengan apa yang kami bawa, dua detik setelah saya merasakan hal itu, saya berubah pikiran, saya tak mau mengakhiri atmosfer seperti ini, terus lakukan, kita gembira bersama sekarang. Penonton ber-sing along bersama saat saya tak menemukan arsip lirik itu di otak saya, ternyata membawakan lagu seorang legenda menyenangkan. Panitia hanya memberikan waktu sekitar lima belas menit, dan kami tidak mengetetahui hal itu karena pada saat technical meeting, salah satu dari kami tidak ada yang hadir. Lebih dari tiga puluh menit kami lewati karena kami me-medley dengan beberapa buah lagu milik Bob Marley. Setelah itu kami akhiri dengan terima kasih karena panitia telah mengusir kami dengan tidak kasih, dalam hati saya tetap asu walaupun saya berucap tengkyu!