Makanlah makanan yang bergizi, begitulah penggalan monolog seorang tenaga pengajar taman kanak-kanak. Akan tetapi yang ada di benak seorang anak hanyalah bermain lalu bermain, mereka tak pernah bingung dan bahkan kurang peduli dengan apa yang akan mereka makan. Yang selalu membuat mereka bingung hanyalah tentang permainan apa yang akan mereka mainkan. Itulah bahan diskusi untuk anak pada umur taman kanak-kanak. Atau mungkin berhayal menjadi superhero yang mereka idamkan, atau debat kusir mengenai siapa yang lebih hebat diantara tentara dan polisi. Sebuah rutinitas seragam yang tiap hari mereka lakukan yang ketika dilakukan tak akan bosan. Betapa menyenangkan dunia ketika itu.
Bahkan sekedar istirahat saja mereka enggan melakukannya, untuk istirahat mereka harus menerima ancaman atau kecaman dari orang tua masing-masing. Kecaman atau ancaman itupun juga sangat beralasan, dan pasti bukan hanya mengatasnamakan demi anak tercinta akan tapi dilakukan memang demi anak tercinta, karena pada hakikatnya ketika si anak sakit orang tua juga yang susah dan repot. Lalu manakah yang lebih bijaksana? Membatasi pergerakan anak atau memberi kebebasan kepada anak?
Ketika menentukan mana yang lebih bijaksana, akan sangat sulit. Karena keduanya mempunyai sisi positif dan negatif, lalu tindakan manakah yang harus kita ambil? Pilihlah diantara keduanya karena keduanya mempunyai sisi positif. Lalu manakah yang lebih baik? Untuk menghakimi sebuah tindakan yang tidak bisa dihitung secara matematis sangatlah sulit, biarkan masyarakat yang menilainya.
Memberi kebebasan dan menuntut si penerima kebebasan untuk bertanggung jawab adalah hal yang klasik namun masih lestari adanya. Hal ini adalah jembatan penghubung antara kedua pilihan tadi. Meskipun mudah terucap dan familiar di telinga, tetapi penerapannya sangatlah sulit. Hal ini dikarenakan tanggung jawab adalah hal yang seringkali tidak terpikirkan oleh orang yang merasa merdeka.